Siapakah kau, kawan? Sebuah topeng perasaan telah kau sembunyikan dibalik telapak tangan
Tak ingin aku lihat? Kau bilang aku tak lihat?
Wahai kau raja diraja Sipatukoan, aku bisa liat angkuhnya sifatmu,
Seangkuh kau bilang aku tak ada, tapi kau tetap masih tak ingin usir bayangku pergi
Padahal kau jelas berbicara dengan bidadari baru sedari tadi
Sejahat kau bilang kau tak cinta, tapi kau ukir namaku di pasir pantai
Padahal kau bilang pada dunia maya bahwa kau jatuh cinta dengan seorang Dewi dari negeri Pelangi
Kadangkala aku bingung jua, mana air matamu, mana perasaanmu
Sehebat itu topengmu? Mau kau tutupi juga kenyataan? Aku sudah tahu
Kau masih juga tak kenal lelah hunuskan pedangmu padaku, padahal kau cinta
Walau tak lagi aku tahu mana kabarmu, masih cinta atau tidak?
Tebak, luka ulahmu cepat sekali lho hilang ditiup angin, tidak tahu kenapa
Ya ampun, sudah cukup hujan turun, harusnya aku tak perduli lagi.
Teman-teman bilang rugi rasanya hujan mataku turun ke tanah hanya untuk kamu
Apa aku bodoh? Ah, aku tidak pernah berpikir untuk meminta pada pikiranku untuk memikirkanmu
Apa karena pengaruh topeng yg sama?
Sempat kemarin lusa ku bilang kau tak punya hati.
Tapi kemarin masih juga aku menangis kok. Menangisi kapan kamu mampir ke rumahku?
Walaupun hari aku tahu kau bermanis ria di depan wanita yang tak lagi aku
Masih ingatkah dulu kau bilang kau rela habiskan setumpuk uang hanya untuk teman-temanmu?
Sekarang aku harus sadar diri kalau kau akan lakukan hal yg sama pada yang lain.
Tapi tiada sadarkah bahwa kau terlelap di kakiku, lelah dengan peluh membanjiri tubuh 3 minggu lalu?
Hebatnya aku sadar.
Tak ingin aku lihat? Kau bilang aku tak lihat?
Wahai kau raja diraja Sipatukoan, aku bisa liat angkuhnya sifatmu,
Seangkuh kau bilang aku tak ada, tapi kau tetap masih tak ingin usir bayangku pergi
Padahal kau jelas berbicara dengan bidadari baru sedari tadi
Sejahat kau bilang kau tak cinta, tapi kau ukir namaku di pasir pantai
Padahal kau bilang pada dunia maya bahwa kau jatuh cinta dengan seorang Dewi dari negeri Pelangi
Kadangkala aku bingung jua, mana air matamu, mana perasaanmu
Sehebat itu topengmu? Mau kau tutupi juga kenyataan? Aku sudah tahu
Kau masih juga tak kenal lelah hunuskan pedangmu padaku, padahal kau cinta
Walau tak lagi aku tahu mana kabarmu, masih cinta atau tidak?
Tebak, luka ulahmu cepat sekali lho hilang ditiup angin, tidak tahu kenapa
Ya ampun, sudah cukup hujan turun, harusnya aku tak perduli lagi.
Teman-teman bilang rugi rasanya hujan mataku turun ke tanah hanya untuk kamu
Apa aku bodoh? Ah, aku tidak pernah berpikir untuk meminta pada pikiranku untuk memikirkanmu
Apa karena pengaruh topeng yg sama?
Sempat kemarin lusa ku bilang kau tak punya hati.
Tapi kemarin masih juga aku menangis kok. Menangisi kapan kamu mampir ke rumahku?
Walaupun hari aku tahu kau bermanis ria di depan wanita yang tak lagi aku
Masih ingatkah dulu kau bilang kau rela habiskan setumpuk uang hanya untuk teman-temanmu?
Sekarang aku harus sadar diri kalau kau akan lakukan hal yg sama pada yang lain.
Tapi tiada sadarkah bahwa kau terlelap di kakiku, lelah dengan peluh membanjiri tubuh 3 minggu lalu?
Hebatnya aku sadar.